Laba Amazon melonjak 48 persen menjadi US$7,8 miliar pada kuartal II 2021. Namun, saham perusahaan teknologi dan e-commerce ini merosot karena pendapatan perusahaan di bawah proyeksi analis Wall Street. Dikutip dari AFP, pendapatan perusahaan naik 27 persen menjadi US$113,1 miliar. Namun, angka ini jauh di bawah proyeksi para analis dan membuat saham Amazon merosot hingga 7 persen pada perdagangan Kamis, (29/7).

Chief Financial Officer Amazon Brian Olsavsky mengatakan pendapatan tidak sesuai ekspektasi karena sebagian konsumen sudah berani untuk berbelanja langsung usai hadirnya vaksin covid-19.

“Tidak hanya berbelanja offline tetapi juga menjalani hidup dan keluar. Ini menghilangkan waktu belanja. Ini fenomena yang bagus dan hebat,” kata Olsavsky, dikutip dari AFP, Jumat (30/7).

CEO Amazon Andy Jassy mengatakan Amazon tetap fokus pada pengiriman barang dan jasa untuk konsumen selama pandemi.

“Selama 18 bulan terakhir, bisnis konsumen kami telah diminta untuk mengirimkan jumlah barang yang belum pernah terjadi sebelumnya, termasuk APD, makanan, dan produk lain yang membantu masyarakat di seluruh dunia mengatasi situasi sulit pandemi ini,” kata Jassy.

Dia menambahkan bahwa divisi komputasi awan Amazon AWS telah membantu begitu banyak bisnis dan pemerintah untuk mempertahankan kelangsungan bisnis.

“Karena semakin banyak perusahaan mengajukan rencana untuk mengubah bisnis mereka dan pindah ke cloud,” tambahnya.

Amazon berawal sebagai penjual buku online dan kini telah berkembang menjadi salah satu perusahaan paling berharga di dunia dengan operasi di lusinan negara dan nilai pasar sekitar US$1,8 triliun dengan 1,3 juta karyawan.

Perusahaan teknologi lainnya seperti Facebook, Apple, Microsoft, dan induk Google, Alphabet, semuanya melaporkan lonjakan pendapatan dan laba. Pengawasan ketat dari regulator antimonopoli atas dominasi mereka yang semakin besar di sektor-sektor ekonomi utama tampak tidak mempengaruhi pendapatan dan laba. (age/bir)

Sumber: cnnindonesia.com